TIPE-TIPE
VEGETASI DAERAH IKLIM SEDANG
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Geografi Tumbuhan dan Hewan
Yang dibina oleh Bapak Drs. Hendri
Purwito, M.Si
Oleh:
1. Adhyta
Satya W. (120721435398)
2. Erdina
Elfi R. (120721403802)
3. Jabnu
Isrok I. (120721435456)
4. Nur
Hayati (120721345500)
5. Rizco
Aditya A. (120721435462)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
GEOGRAFI
Oktober
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita telah melihat bahwa kaitan sistematik di antara
flora suatu wilayah sampai suatu derajat yang cukup besar bergantung pada
hubungan geografi atau penghalang-penghalangnya, baik masa silam maupun
sekarang, di lain pihak, ciri-ciri fisik vegetasi untuk sebagian besar
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan setempat. Dengan demikian, bila dua
wilayah telah berpisah sangat lama sejak zaman geologi oleh
penghalang-penghalang seperti lautan yang luas yang biasanay tidak dapat
dilintasi oleh tumbuhan, floranya sering akan sangat berbeda, sedang bila
kondisi lingkungannya adalah serupa, vegetasinya dalam habitat yang hampir sama
kemungkinan besar mempunyai kenampakan umum yang sama. Ini terjadi karena
kondisi-kondisi eksternal yang menyusun suatu habitat tertentu cenderung
menghasilkan komunitas-komunitas yang sifat-sifat fisik luarnya sangat mirip,
bagaimanapun besarnya beda yang mungkin ada pada bangunan-bangunan reproduktif,
dan bangunan-bangunan lain yang menertainya lazim kita gunakan untuk
mengklasifikasi tumbuhan.
Dalam hal ini, yang menggunakan unsur pertama adalah
iklim, disusul dengan diferensiasi area yang disebabkan oleh perbedaan
faktor-faktor edafik dan faktorfaktor lain, dan karena tipe-tipe vegetasi
daerah iklim sedang dan yang berbatasan merupakan paling dikenal oleh seagaian
bear dari kita, untuk mudahnya maka kita akan membahas tipe-tipe vegtasi daerah
itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan hutan musim panas yang meranggas?
2. Apa
yang dimaksud dengan hutan pohon jarum di utara?
3. Apa
yang dimaksud dengan hutan hujan di daerah iklim sedang yang panas.
4. Apa
yang dimaksud dengan hutan berdaun kaku?
5. Apa
yang dimaksud dengan semak belukar dan padang rumput?
6. Apa
yang dimaksud dengan seyengah gurun dan gurun?
7. Apa
yang dimaksud dengan rawa-rawa garam?
8. Apa
yang dimaksud dengan komunitas seral?
9. Bagaimana
pengaruh fisografi terhadap veegetasi daerah iklim sedang?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui hutan musim panas yang meranggas.
2. Untuk
mengetahui hutan pohon jarum di utara.
3. Untuk
mengetahui hutan hujan di daerah iklim sedang yang panas.
4. Untuk
mengetahui dengan hutan berdaun kaku.
5. Untuk
mengetahui dengan semak belukar dan padang rumput.
6. Untuk
mengetahui dengan seyengah gurun dan gurun.
7. Untuk
mengetahui dengan rawa-rawa garam.
8. Untuk
mengetahui dengan komunitas seral.
9. Untuk
mengetahui pengaruh fisografi terhadap veegetasi daerah iklim sedang.
D. Manfaat
1. Mahasiswa
dapat mengetahui hutan musim panas yang meranggas.
2. Mahasiswa
dapat mengetahui hutan pohon jarum di utara.
3. Mahasiswa
dapat mengetahui hutan hujan di daerah iklim sedang yang panas.
4. Mahasiswa
dapat mengetahui dengan hutan berdaun kaku.
5. Mahasiswa
dapat mengetahui dengan semak belukar dan padang rumput.
6. Mahasiswa
dapat mengetahui dengan seyengah gurun dan gurun
7. Mahasiswa
dapat mengetahui dengan rawa-rawa garam.
8. Mahasiswa
dapat mengetahui dengan komunitas seral.
9. Mahasiswa
dapat mengetahui pengaruh fisografi terhadap veegetasi daerah iklim sedang.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hutan
Musim Panas Yang Meranggas.
Hutan yang hijau dimusim
panas yang kebanyakan berdaun lebar dan kehilangan daunnya selama musim dingin,
merupakan formasi klimaks utama yang meliputi sebagian besar Eropa, bagian
timur Asia dan Amerika Utara. Keadaan meranggas ini sebagai akibat suatu
kenyataan, bahwa suhu rendah mengganggu penyerapan air oleh akar-akar. Hal ini
diimbangi dengan tidak adanya daun selama musim dingin tersebut. Hutan yang
meranggas ini perkembangan utamanya meliputi : Amerika Serikat dalam iklim
sedang sampai ke danau-danau besar bagian barat Eropa yang beriklim sedang
meluas sampai pegunungan Ural, bagian utara Jepang, Chili selatan, dengan curah
hujan ± 151 cm / tahun. Berbeda dengan hutan tropis yang bertingkat tajuknya,
maka hutan musim panas hanya membentuk satu lapis (satu tingkat).
Oleh karena itu hutan ini
kurang lebat dibanding hutan tropis basah dan tropis muson. Hutan musim panas
ini dapat dibedakan atas lima tipe daerah iklim sedang yaitu :
1. Hutan pohon pasang
Persebarannya terutama dibagian barat dan tengah
Eropa dengan ciri lebih terbuka dan tidak lebat.
2. Hutan campuran
Hutan ini lebih bervariasi dan lebih lebat dengan penyebaran dibagian timur Amerika Utara, Asia Timur dan Eropa Tenggara.
Hutan ini lebih bervariasi dan lebih lebat dengan penyebaran dibagian timur Amerika Utara, Asia Timur dan Eropa Tenggara.
3. Hutan ”Faqus”
Terutama persebarannya di Eropa.
Terutama persebarannya di Eropa.
4. Hutan ”Nothofaqus Antartica”
Di Amerika Selatan dengan ciri hutan, pohon-pohon tumbuh berdesak-desakan dan disana-sini terdapat sedikit semak-semak.
Di Amerika Selatan dengan ciri hutan, pohon-pohon tumbuh berdesak-desakan dan disana-sini terdapat sedikit semak-semak.
5. Tipe lahan hutan meranggas yang lebih lembab
Hutan ini terutama berkembang didaerah yang berawa-rawa atau tempat-tempat yang tergenang didaerah Subtropis.
Hutan ini terutama berkembang didaerah yang berawa-rawa atau tempat-tempat yang tergenang didaerah Subtropis.
B.
Hutan
Pohon Jarum Di Utara.
Hutan ini juga dikenal sebagai hutan ”boreal” ”hutan sub artik” atau
”taiga”. Ciri utama hutan ini adalah daunnya yang kecil menyerupai jarum atau
kadang-kadang menyerupai sisik. Daun seperti ini bermanfaat untuk mengurangi
transpirasi. Oleh sebab itu daun-daunnya dapat dipertahankan pada musim dingin
(salju). sehingga tampak selalu hijau. Pohon-pohonnya termasuk jenis picea,
pinus, abies dan Conifera lain. Umumnya dibawah hutan berdaun jarum tidak
banyak ditumbuhi flora tanah, sebab sebagian besar tanah bawah hutan tertutup
oleh daun jarum yang jatuh dengan pembusukan yang lambat. Hutan daun jarum
dapat dibedakan menjadi lima tipe yaitu:
1.
Hutan pohon
jarum yang sifatnya campuran, menempati daerah boreal di Eropa, Asia dan
Amerika Utara. Pohon-pohonnya didominasi oleh Picea, Abies, Pinus dan Larix.
Curah hujan 25 – 100 cm dengan temperatur bulan panas ± 10° C.
2.
“Taiga”,
hutan lebih bersifat terbuka sebab tanah tertutup oleh salju, sehingga
lumut-lumut menjadi dominan. Persebarannya di Kanada Utara, sebagian besar
Siberia dan Skandinavia Utara.
C.
Hujan
Di Daerah Iklim Sedang Yang Panas.
D.
Hutan
Berdaun Kaku.
E.
Semak
Belukar Dan Padang Rumput.
Daerah-daerah
yang didominasi oleh warga suku ericaceaea, atau di semak semak yang
berdaun sempit mirip warga ericaceae,
merupakan suatu hal yang umum di dearah iklim sedang dan daera daerah yang
berdkatan, demikian pula daerahkutub utara dan di pegunungan tinggi di luar
batar batas pertumbuhan pohon. Di lahan –lahan yang panas komunitas itu dapat
tergabung dengan vegetasi berdaun kaku yag berupa semak belukar. Tetapi
perkembangan yang mencolok adalah di derah yang sejuk dengan musim dingin yang
basah terutama di bagian barat dan bagian utara eropa tengah. Sebaliknya di
bagian selatan semak-semak yang lebih
tinggi merupakan semak-semak yang selalu hijau dan mempunyai daun yang mirip
jarum (misalnya jeniperus communis). Kecenderungan untuk tumbuh bergerombol dan
bersimbiosis dengan mikoriza merupakan sifat yang hampir umum pada
tumbuh-tumbuhan ini.
Bila
kebanyakan padang semak belukar yang letaknya rendah di daerah iklim sedang
merupakan subklimaks tipe disklimaks, yang terjadi akibat pengembalaan yang
intensif atau kebakaran yang
berulang-ulang sehingga menghalangi pohon untuk kembali ke wilayah yang semula
berhutan. Dalam hal demikian padang
semak belukar itu akan berada dalam keseimbangan yang rumit dan akibatnya
tampaklebih “alami”, keseimbangan rumit yang hampir sama dan stabilitas relatif
barangkali terdapat di daerah-daerah pegunungan, di mana rawa-rawa gambut umum
terdapat di daerah yang sejuk.
Yang
lebih penting dan tersebar luas adalah padang rumput, yang memang dalam
bentuknya beranekaragam merupakan salahsatu tipe vegetasi dunia. Bila didaerah
tropika dan subtropika lahan rumput berbentuk khas sebagai sabana dengan
pohon-pohon atau semak-semak yang tinggi terletak berjauhan.di daerah iklim
sedang padang rumput itu biasanya tanpa
pohon atau gerumbul-gerumbul kecuali sepanjang aliran sungai, dan walaupun
banyak padang rumput terjadi karena adanya campur tangan manusia atau hewan
peliharaannya, banyak padang rumput lain, termasuk yang sangat luas didaerah
iklim sedan. Tampaknya padang rumput tersebu itu sepenuhnya bersifat alami,
jadi jika padang rumput itu terjadi sebagai akibat penyenggutan tampaknya
dilakukan oleh hewan-hewan liar.
Semuanya
padang rumput padang rumput itu memiliki persamaan, bahwa padang rumput itu
setidak-tidaknya sebagian besar daerahnya yang terluas didominasi oleh rumput.
Biasanya terdiri dari berbagai jenis yang perenial atau campuran yang merupakan
akriptofita berdaun semp. Musim dingin di daerah padang rumput yang disebut
padang rumput klimatikkadang-kadang sangat panas dan kering seperti pada musim
panas.
Tipe-tipe
padang rumput yang terdapat di iklim sedang.
1.
”prairi” di Amerika
Utara
Prairi yang dianggap sebagai bagian dari ekosistem padang
rumput beriklim , sabana , dan shrublands bioma oleh ekologi , berdasarkan
iklim yang sama sedang, curah hujan sedang , dan komposisi rumput, herba , dan
semak-semak , daripada pohon , sebagai jenis vegetasi yang dominan . Daerah
padang rumput beriklim termasuk Pampas Argentina , Brasil dan Uruguay serta
stepa Eurasia . Tanah biasanya disebut sebagai " padang rumput "
cenderung di Amerika Utara . Istilah ini meliputi daerah disebut sebagai
Dataran rendah Interior dari Amerika Serikat , Kanada dan Meksiko , yang
mencakup semua Great Plains serta basah itu , agak berbukit tanah ke timur . Di
AS , daerah didasari oleh sebagian besar atau semua negara bagian North Dakota
, South Dakota , Nebraska , Kansas , dan Oklahoma , dan bagian yang cukup besar
dari negara bagian Montana , Wyoming , Colorado , New Mexico , Texas , Missouri
, Iowa , Illinois , Indiana , Wisconsin , dan barat dan selatan Minnesota .
Central Valley California juga padang rumput . The Prairie Kanada menempati
wilayah luas Manitoba , Saskatchewan , dan Alberta .
2.
”Stepa” di Rusia
Stepa adalah suatu dataran tanpapohon (kecuali yang berada di dekat sungai atau danau); mirip dengan prairie, walaupun suatu prairie umumnya dianggap didominasi oleh rumput tinggi, sedangkan stepa umumnya ditumbuhi rumput pendek.
Stepa dapat berupa semi-gurun, atau ditutupi oleh rumput atau semak, atau keduanya, tergantung dari musim dan garis
lintang. Istilah ini juga digunakan untuk
menunjukkan iklim pada suatu daerah yang terlalu kering untuk menunjang suatu hutan, tapi tidak cukup kering untuk menjadi gurun.
3.
”veld” di Afrika
Selatan
Veld adalah istilah
generik yang digunakan untuk menentukan lebar ruang terbuka pedesaan tertentu
di Afrika Selatan. Hal ini digunakan terutama untuk merujuk menyanjung daerah
atau distrik tertutup rumput atau semak belukar rendah, terutama di Afrika
Selatan, Zimbabwe, Botswana dan Namibia. Sebuah hutan ekoregion sub-tropis
tertentu Afrika Selatan telah resmi didefinisikan sebagai Bushveld oleh World
Wide Fund for Nature. Kebakaran yang umum di veld dan disebut sebagai
"veld kebakaran".
4.
”pampa” di Amerika
Selatan
Pampa adalah Pampas adalah dataran rendah di Argentina yang terdiri dari provinsi Buenos Aires, La
Pampa, Santa
Fe dan Córdoba di Argentina, kebanyakanUruguay, dan ujung paling selatan Brasil, Rio
Grande do Sul, terdiri dari lebih
dari 750.000 km² (289,577 mil²).
F.
Setengah
Gurun Dan Gurun.
Praktis
apa yang merupakan kondisi gurun pada umumnya berkembang secara lokal pada
batuan yang kering dan pasir atau permukaan lain yang bersifat mudah meneruskan
air, tempat itu biasanya menunjukkan bukti setidak-tidaknya adanya permulaan
perubahan suksesional. Di lain pihak, daerah gurun yang luas , cenderung
merupakan salah satu diantara tempat-tempat yang paling stabil dilihat dari
segi vegetasinya yang disebaban oleh
tidak adanya air untuk perumbuhan yang melebihi pertumbuhan vegetasi
yangsekarang telahada.dengan keadaan air di tengah-tengah antara gurun yang
sesungguhnya dengan daerah yang kering. Setengah gurun atau hampir gurun
seperti misalnya daerah sebelah barat amerika utara. Daerah ini di tandai
dengan artemisia tridentata dan semak-semak lain yang rendah dan sering tampak
abu-abu dengan cabang-cabangseperti terna, yang mendominasi suatu klimaks di
daerah yang memiliki curah hujan tahunan sebesar 12-25cm (kira-kira 5-10 inci).
Semak-semak yang demikian itu sering tergolong dalam suku yang predominan bersifat
sebagi terna yang juga tumbuh di daerah yang curah hujannya lebih tinggi, bila
terbebas persaingan dengna rumput. Padang semak belukar ini terdiri atas
tumbuhan rendah dan sering terputus atau terdiri dari atas gerumbul-gerumbul
yang berjauhan.
Bebrapa
jenis lumut kerak dapat tumbuh atau terletak pada pemukaan tanah, demikian pula
ganggang hijau biru temasuk koloni-koloninostoc, tetapi pertumbuhan pohon-pohon
sepertisalix danpopulus, biasanya terbatas di cekungan-cekungan yang lembab
atau dekat aliran-aliran air. Kondisi yang agak mirip dan vegetasi yang
menyertainya, dengan iklim kering dan pada umumnya panas yang di pengaruhi
kontras yang tajam antara panas dan dingin, dan satu atau dua masa pertumbuhan
yang singkat masing-masing 1-3 bulan, ditandai dengan curah hujan yang
sebentar-sebantar dan suhu yang menguntungkan tersebar luas di negara-negara,
baik di daerah iklim sedang maupun yang beriklim lebih panas. Demikianlah
keadaan serpa itu ditemukan di dataran-dataran tinggi di asia, dalam jalur-jalur
di sekitar gurun-gurun di asia tengah dan australia, di bagian selatan amerika
dan afrika selatan. Beberapa daerah itu menunjang vegetasi semak belukar
berduri atau bersifatlain dan mungkin ditentukan demikian di peta vegetasi
dunia.
Daerah
setengah gurun secara khas tersusun atas tanah gundulyang luas, datar atau
bergelombang, yang mendukung kehidupan semak-semak yang putih atau abu-abu
kotor, sering berperekat dan berbau sedap, mirip artemisia tridentata atau
erica spp, dengan tinggi antara ½ - 2m. Semak-semak itu dapat membentuk padang
belukar yang kontinu tetapi tipis, atau bila tidak demikian terputus-putus,
atau berserakan sepanjang lintang.
Meskipun dalam daerah-daerah yang kering, jarak antara semak-semak itu
lebih merata dan tampaknya akibat adanya dari persaingan akar. Meskipun di
tempat tersebut tidak terdapat hamparan rumput hijau, dan meskipun di situ
normal atau tidak terdapat pohon-pohon, mungkin masih di temukan cactus yang
tinngi atau euphorbia raksasa atau sukulen lain yang besar, sedang laguna
dengan air yang mempunyai salinitas tinggi, yang sebagian besar dalm keadaan
kering, dapat dikelilingi holofita yang gemuk atau berbentuk semak. Semak-semak
dominan yang biasanya tegak atau serong ke atas dengan batang-batang yang
lentur, kadang-kadang berbatang kayu dan
berakar dalam. Daun-daun pada umunya sempit, panjangnya kurang dari 3cm, sering
kali tertutp rapat oleh rambut-rambut yang menutupi tumbuhan itu. Di luar musim
hujan, tumbuhan-tumbuhan terutama bergantung pada air tanah, kecuali bagi
tumbuh-tumbuhan yang meranggas, jenis-jenis yang dominan sering kali
menunjukkan kenampakan yang besar bedanya dalam musim yang berbeda dalam satu
tahun, khususnya karena sedikitnya pameran bunga-bunga yang besar dan berwarna
cerah. Lain halnya dengan tumbuhan efemeral yang menyertainya yang
kadang-kadang terdapat secara melimpah.
Dengan
curah hujan yang sedikit maka akan terjadi gurun. Tetapi karena gurun biasana
termasuk daerah tropikaatausubtropika, atau setidak-tidaknya jauh meluas ke
daerah-daerah tersebut, yang merupakan pengecualian adalah gurun
transkarspia yang merupakan dataran terbuka dan gurun ghobi
yangmerupakan dataran tunggi, keduanya terletak di wilayah Asia yang memiliki
iklim sedang. Kedua daerah tersebut daerah dengan keadaan yang selalu kering
dan bersuhu ekstrim, akibatnya sangat sedikit vegetasinya. Dengan demikian bukit-bukit pasir dapat untuk sebagian diikat
oleh pertumbuhan vegetasi rendah berupa semak-semak, tetapi tanah-tanah kersik
dan tanah-tanah yang sering mengandung geluh. Daerah dengan kadar garam tinggi
atau mengandung banyak gips dan tidak banyak mengurangi pemandangan yang
membosankan itu, bagaimanapun jarang kita temukan lintas yang ekstensif, bahkan
dalam gurun ghobi, yangsama sekali yang tidak ada vegetasinya, dan seringkali
peralihan ke padang rumput atau padang ruput gurun ditandai dengan adanya
rumput kurus yang tumbuh berserakan
dengan tinggi yang berkisar antara 25cm.Sebagai contoh daerah gurun di daerah
ilkim sedang yang panas, dapat kita tekukan di negara irak bagian tengah.
G.
Rawa-Rawa
Garam.
Dimana berbagai
macam seperti nitrat, sulfat, dan fosfat kalium, kalsium, magnesium, dan besi,
bersifat asensial, setidak-tidaknya dalam konsentrasi yang biasanya terdapat di
dalam tanahuntuk perkembangan vegetasi yang normal, salinitas yang berlebihan (misalnya
lebih dari 0.5 persen) sangat mengganggu kehidupan kebanyakan tumbuhan.
Salinitas yang tinggi demikian itu, terutama karena tingginya kadar garam dapur
(NaCl), paling umum terdapat di sekitar pantai-pantai laut, dan merupakan
faktor yang paling konstan yang menyebabkan terjadinya penggantian vegetasi
darat yang normal oleh tumbuhan yang menurut sifatnya biasanya tumbuh di
tanah-tanah yang kadar garamnya sangat tinggi (halofita) atau setidak-tidaknya
dapat tumbuh di tanah yang demikian itu (halofita fakultatif). Dengan demikian
di rawa-rawa garam dekat laut, yang terutama ditentukan oleh adanya pengenangan
periodik oleh air asin, dan kebanyakan terletak antara permukaan yang dicapai
olehpasang perbam dan pasang purnama biasa, komponen-komponen vegetasi yang
karakteristik hampir semuanya bersifat khas untuk habitat itu. Dan bila air
pasang surut dapat dicegah secara efektif serta terdapat penyaliran yang
memadai , pada waktunya garam-garam dapat tercuci dari tanah, maka jenis-jenis
tumbuhan non-halofil akan mengkolonisasi tempat itu.”Tidak ada bukti yang
meyakinkan bahwa rawa garam dapat terbentuk hanya karena adanya akumulasi debu
dan bunga tanah, tanpa bantuan manusia, menjadi vegetasi non-maritim”
(Tansley,”introduction to Plant Ecology, halaman 97). Akibatnya
rawa garam di daerah iklim sedang dan daerah-daerah yang berbatasan tampaknya
yang paling tampaknya yang paling baik adalah diperhatikan di sini di antara
subklimaks atau tipe-tipe klimaks lokal.
Rawa-rawa
terutama terbentuk pada hambaran-hambaran lumpur di sekitar muara-muara pasang
surut yang terlindung. Dalam rawa-rawa ini ganggang hijau seperti misalnya Rhizoclonium dan Enteromorpha atau tumbuhan vaskular halofil seperti Salicornia spp yang sukulen atau
berbentuk semak, merupakan perintis-perintis yang normal, disusul kemudian oleh
rumput-rumput alkali (Puccinellia spp.)
atau rumput lain yang halofitik. Setiap pertumbuhan demikian itu cenderung
untuk menghalangi jalannya aliran air dan meningkatnya pengendapan lumpur, dan
dengan demikian membantu meninggikan dasar perairan. Di bagian yang lebih
tinggi pada hamparan lumpur yang tertutup oleh sebagian besar pasang purnama,
biasanya berkembang suatu vegetasi campuran. Inilah yang umumnya merupakan
komunitas rawa garam, misalnya pada ke dua sisi Samudera Atlanti, yang
karakteristik mencakup tipe-tipe tumbuhan seperti Plantago maritima, Triglochin maritima, Suaeda maritima, dan Armeria maritima, dengan Chonpodiaceae
berbentuk semak, khususnya di daerah iklim sedang yang panas. Berbagai jenis
ganggang perang (Phaeophyceae) dan jenis-jenis ganggang lain, sering dengan
habitus yang khas dan kenampakan yang jorok, biasa menyertai tumbuh-tumbuhan
tadi. Di tempat yang lebih tinggi lagi, yang hamparan lumpur asin hanya
tertutup oleh air pasang yang lebih tinggi lagi, suatu rumpun atau gebalan yang
kurang lebih rapat terbentuk dengan adanya penyenggutan ,tersusun atas
jenis-jenis rumput halofil dangan disertai oleh ”forb”.
Pada permukaan
yang lebih tinggi, yang hanya dapat dicapai oleh pasang surut purnama yang
paling tinggi atau gelombang-gelombang badai, tumbuhanyang tidak begitu halofil
seperti Festucacora cenderung untuk
bersifat dominan, dengan sering kali adanya campuran jenis-jenis tumbuhan darat
biasa yang dapat menahan kandungan laut dalam jumlah kecil di dalam tanah. Pada
aras yang lebih tinggi di muara-muara sungai airnya bergantian bersifat tawar
dan payau dengan surut dan naik air pasang, dengan demikian tumbuhan yang
menghuni tempat itu dari segi fisiologis harus mempunyai spesialisasi untuk
menahan perubahan yang agak mendadak dan
ekstrem dalam nilai osmotik air yang agak mendadak dan mendadak dan ekstrem
dalam nilai osmotik ir yang menggenanginya.
Bila faktor
geodinamik seperti kegiatan pasang surur dapat menyebabkan dipertahankannya
suatu keadaan keseimbangan antara pendangkalan dan pengikisan, jadi tipe
vegetasi yang tahan lama terdapat dalam rawa-rawa garam di tepi-tepi laut,
tampaknya bahwa sekurang-kurangnya.dalam beberapa contoh terdapat akumulasi
yang berjalan terus secara gradual menuju pembentukan vegetasi darat yang
normal tanpa campur tangan manusia sekalipun seperti dalam hal pasir dan pantai-pantai berbatu-batu, tetapi
bagaimanapun tipe-tipe yang baru saja dipertelakan pada umumnya bertahan lama
dan mudah dibedakan, sehingga konsekuensinya harus diperlakukan sebagai satuan
yang khusus.
Di banyak
daerah-daerah yang kering, seperti misalnya di kedalaman Asia dan di banyak
bagian barat Amerika Utara, terdapat danau-danau berair asin atau
cekungan-cekungan yang lebih kecil atau cekungan alkali yang menjadi kering
secara musiman yang menunjukkan keadaan serupa yang terdiri atas salinitas yang
berbeda-beda, biarpun demikian kadng-kadang lebih ekstrim dari pada di tepi
pantai. Di pedalaman, daerah dengan salinitas tinggi ini merpakan hasil
penguapan yang berlebihan dalam waktu yang lama, yang perubahan salinitas masing-masing
bersifat musiman dan bukan karena pasang surut, meskipun salinitas itu dapat
berubah dengan cepat menurut keadaan cuac. Tetapi, urutan mintakat-mintakat
sering jelas tertentu,secara umum tidak hanya mencerminkan derajat salinitas
yang ada, tapi juga aerasi yang buruk yang menyertai lengas tanah yang semakian
meninggkat. Di sini kembali tidak ada kepastian, bahwa suksesi akan sampai
suatu klimaks iklim yang seharusnya dengan tidak adanya gangguan biotik,
khususnya mengingat adanya kecenderungan
salinitas untuk meninggkat dan bukan untuk menurun dengan waktu.
Konsekuensinya, yang paling tampaknya adalah untuk mengganggap vegetasi
marginal sebagai pembentuk serentetan subklimaks yang bermintakat sejauh hal
itu menyangkut daerah yang umum (atau klimaks di daerahnya sendiri secara
langsung yang terbatas secara edafik). Bagaimanapun, tampaknya besar
kemungkinan bahwa kondisi alogenik setempat akan berpengaruh lebih besar
terhadap masa depan daerah pedalaman yang mempunyai kadar garam yang tinggi ini
daripada setiap tempat lain dengan kecenderungan seral yang autogenik. Di
tempat yang diuji, pH-nya adalah 8.6 dan daerahnya dikatakan tetap basah
sepanjang tahun, dengan genangan-genangan air yang dangkal sekurang-kurangnya
dalam musim semi. ”Poligon” lumpur terbuka terikat oleh campuran Oscillatoria, Lyngbia, dan ganggang
primitif lainnya.
Beberapa daerah
budidaya di wilayah yang kering yang memerlukan irigasi dan sampai sekarang
masih produktif, kadar garamnya menjadi terlalu tinggi untuk tanaman pertanian
sebagai akibat penguapan air secara berkepanjangan dengan meniggalkan
garam-garam dari air baku irigasi,bila pengaliran tidak diadakan. Dalam hal
lain tanaman yang dibudidayakan terbatas pada halofita fakultatif, seperti
misalnya korma (Phoenix dactylifera)
atau Hordeum vulgare. Sebagian besar
Irak Selatan dan Tengah bersifat seperti itu, dan mengingat manusia belum dapat
menperbaiki salinitas tanah demikian itu secara besar-besaran, peningkatan
banyaknya air irigasi justru memperburuk keadaan.
H.
Komunitas
Seral.
Di samping
komunitas subklimaks, berbagai komunitas lain yang menyimpang atau dalam
suksesi yang ”lurus” telah dipertelakan atau secara tidak langsung disebutkan
di muka, sedang banyak lainnya yang terbatas terdapatnya atau kepentingannya
(seperti halnya dengan daerah pantai yang tersemprot garam atau ”serula” yang
terdapat misalnya pada batang-batang pohon yang rebah), sehingga kita hampir
tidak dapat menyebutnya dalam garis besar tipe-tipe vegetasi utama di daerah
iklim sedang dan yang berdekatan ini. Biarpun demikian untuk melengkapi
gambaran kita ini masih terdapat sejumlah komunitas (kebanyakan seral) yang
secara sepintas lintas perlu dibentangkan, yang beberapa di antaranya cukup
luas tersebar, sehingga pantas mendapat paerhatian yang lebih banyak.
Pantas dicatat
adalah tipe-tipe vegetasi yang memberikan oleh suksesi di bukit-bukit pasir dan
pantai berbatu-batu, yang terutama terdapat tetapi pada vegetasi bukit pasir
sama sekali bukan seluruhnya di dekat pantai laut. Demikianlah pantai yang
dibasahi oleh air pasang tertinggi ditumbuhi vegetasi di keadaan yang biasanya
cukup terlindungi oleh komunitas terbuka yang karakteristik yang terdiri atas
tumbuhan pantai yang halofitik, seperti misalnya Cakile spp., Arenaria,
peploides, dan jenis-jenis Atriplex. Tumbuh-tumbuhan
itu cenderung untuk mengikat pasir kering yang terhembus ke arahnya, membentuk
dasar bukit-bukit kecil yang ditembus tunas-tunas tumbuhan tadi, yang efeknya
bersifat kumulatif dalam arti bahwa makin dalam pasir yang datang untuk ditimbun,
tumbuhan akan tumbuh semakin tinggi,dan sebaliknya. Dalam kaitan ini yang lebih
penting adakah pembentukan utama bukit-bukit pasir, rumput-rumput sperti
khususnya rumput maram (Ammophila
arenaria) di daerah iklim sedang di utara. Rumput-rumput ini mempunyai
kemampuan yang serupa untuk mengadakan kolonisasi dan menghimpun pasir, tetapi
terutama tumbuh lebih jauh ke belakang dari laut dan lebih ekstensif, mengikat
pasir dengan percabangan rimpang dengan akar-akarnya. Sementara itu gerakan
partikel-partikel permukaan dihentikan oleh bagian-bagian atas tanah yang
tinggi dan biasanya berumpun, dan jenis-jenis lain yang tidak mampu
mengklonisasi pasir yang bergerak, dimungkinkan untuk menetap diantara
batang-batang perintis utama. Pengkoloni sekunder mencakup lumut kerak dan
lumut yang khas, dan jenis rumput yang akar begitu kuat, yang akhirnya mengikat
permukaan mengkonsolidasi komunitas tunbuhan yang terbentuk. Semak-semak martim
pada waktunya hutan klimaks akan menyusul, bila lahan tidak selalu bert mengalami
pengembalaan atau digunakan sebagai lapangan golf (yang untuk itu bukit-bukit
pasir tua yang tertutup oleh rumput merupakan tempat tradisional). Sementra itu
akan dihasilkan tipe-tipe vegetasi karakteristik, yang walaupun bersifat seral,
jenis-jenisyang merupakan ”imbangan”(cunterpart)-nya yang bersifat non
–halofitik mungkin terdapat jauh ke pedalaman, seperti misalnya di sekitar
Danau-danau Besar di Amerika Utara.
Vegetasi pantai
berbatu-batu menpunyai afinitas yang cukup besar dengan vegetasi bukit-bukit
pasir, khususnya bila bercampur pasir dan dengan demikian habitat dianggap
serupa. Di tempat-tempat yang pasir tidak terdapat, berbagai lumut kerak dalam
mengkolonisasi permukaan batu-batuan ke dalam agak jauh dari ”puncak badai”
(”stormcrest”) dan di atasnya dapat tumbuh meluas jenis-jenis tumbuhan maritim
yang berbunga seperti misalnya Lathyrus
maritimus dan rumput-rumput yang halofitik. Tumbuh-tumbuhan itu sering
dapat bertahan dalam waktu cukup lama, dengan akar-akarnya dalam celah-celah di
antara pecahan-pecahan batu. Akhirnya celah-celah atau retak-retak itu penuh
terisi pasir dan sisa-sisa tumbuhan, dan lambat laun vegetasi meluas membentuk
penutup batu-batu yang sempurna, sehingga pada pantai berbatu-batu yang ”tua”,
jauh dari pengaruh laut yang langsung, tipe-tipe vegetasi pedalaman pada
umumnya mulai berkembang, dan pada waktunya berkembang juga semak belukar atau
bahkan hutan.
Kecuali, bahwa
biasanya hanya tumbuhan darat pedalaman yang terlibat dan tahap-tahap awal
cenderung untuk membentuk jalur-jalur yang mantap ke bawah yang dipisahkan oleh
jalur yang masih berubah-ubah, urut-urutan yang hampir sama terjadi pada banyak
lereng dengan kumpulan reruntuhan batu-batuan gundukan-gundukan detribus.
Semua, itu bila cukup stabil dan meliputi jumlah ”tanah” dengan partikel
kecil-kecil, dengan bantuan celah-celah pada permukaanya, dapat menyebabkan
seluruh retetan xerosera berjalan degan relatif cepat dan memudahkan
tercapainya klimaks yang berupa hutan, bila tidak, litosera biasanya
berlangsung sangat lambat untuk maju, terutama tahap-tahap awal. Meskipun
tahap-tahap ini dapat diwakili oleh komunitas terna atau tumbuhan spora yang
sangat karakteristik, komunitas-komunitas ini biasanya hanya menepati daerah
batuan yang sangat terbatas, seperti yang terdapat secara alami di daerah iklim
sedang, terutama pada tebing-tebing dan bagian-bagian menjorok yang terdiri
atas batuan.
Hidrosera juga
memberikan komunitas seral karakteristik, seperti misalnya komunitas tumbuhan
air dengan daun-daun mengapung, rawa-rawa, padang teki-tekian, dan padang
belukar yang basah, yang garis dasarnya telah diuraikan dalam bab terakhir, dan
masing-masing dapat menutupi daerah yang cukup luas. Meskipun komunitas-komunitas itu bervariasi
besar pada keadaan yang berbeda-beda, khususnya dalam wilayah yang berbeda
dalam daerah-daerah yang berdekatan, komunitas ini kebanyakan begitu akrab dan
terlalu jelas untuk dituntut adanya pertelaan yang terinci di semua jenis-jenis
tumbuhan yang dominan di kedua sisi Samudera Atlantik yang mencakup teratai (Nymphaea spp.) dalam tahap daengan daun
mengapung , buntut kucing (Typha spp.)
pada rawa-rawa Typha, berbagai jenis
teki-tekian (Carex spp.) pada padang
teki-tekian, dan Alnus pada padang
belukar yang basah. Contoh-contoh sebagian besar sifat-sifat komunitas itu
telah diberkan gambarannya di tempat lin dalam bab ini atau dalam bab tepat
sebelum bab ini.
Di samping
berbagai padang belukar alami dan setengah alami yang disebut di atas, masih
ada padang belukar atau semak belukar yang karakteristik yang tergolong dalam
subsera yang menyusul penebangan dan pembakaran hutan di derah iklim sedang dan
di daerah-daerah yang berdekatan. Tipe komunitas yang tidak stabil itu dapat
menempati daerah yang cukup luas, meskipun biasanya bukan tanpa gangguan atau
manusia yang bersifat resen. Bahkan tahap-tahap akhirnya yang lebih tinggi pada
vegetasi sekunderini sering kali didominasi oleh tumbuhan seperti misalnya Betula atau Populus yang bersifat sama, yang tidak terdapat dalam hutan klimaks.
Di antra
tipe-tipe vegetasi alami yang menepati daerah-daerah yang cukup luas di daerah
iklim sedang dan daerah-daerah yang berdekatan yang masih harus disebut adalah
berbagai rawa-rawa (”marsh”,”silt”,”fen”,”bog”), gambut, dan mintakat dekat
air, yang pada umumnya merupakan sebagian suatu hidrsera atau lainnya. Sebagai
bagian hidrosera banyak yang telah diliput di muka, setidak-tidaknya dalam
penerapan secara umum; dalam hal-hal lain komunitas-komunitas itu rupanya
merupakan subklimaks-subklimaks, misalnya bersifat sebagai agloklimaks, dan
sekurang-kurangnya, bila meliputi derah yang cukup luas, tampaknya sangat perlu
untuk mendapat perhatian di sini. Yang menonjol adalah rawa-rawa, ”fen” , dan
”bog” yang berturut-turut dapat
dibedakan atas dasar apakah tanahnya terutama terbentu dari lumpur (”silt”),
gambut yang mengandung batu kapur atau basa lainnya yang tinggi, atau terdiri
atas gambut yang miskin akan basa-basa demikian itu. Dengan salah satu macam
lahan rawa-rawa tersebut kita telah kenal cukup baik, sedang contoh-contoh lain
akan disebut dalam bab-bab berikut.
Lahan ”fen”
menempati tepi-tepi aluvial sungai-sungai dan aliran-aliran maupun
bagian-bagian muara yang tua dan tepi danau-danau tertentu khususnya yang sungai-sungai membawa air
bersadah karena kaya akan zat kapur. Manifestasinya yang paling karakteristik
mewakili tahap-tahap dalam hidrosera terutama rawa Tipha, padang teki-tekian, dan bila yang disebut terakhir itu tidak
dibabat atau digunakan untuk pengembalaan, semak belukar atau lahan hutan yang
disebut ”carr” biasanya didominasi oleh
Alnus spp. atau kadang-kadang Betula spp.
atau dalam keadaan teradah membentuk gambut padang rumput. Dalam hal ini
sebagian besar vegetasi bersifat kalsikol (suka garam-garam Ca), sedang pada
lahan-lahan rawa pada umumnya tidak begitu pasti.
Sebaliknya,
”bog” atau ”rawa Sphagnum” tertama
berkembang di tempat-tempat yang airnya sangat miskin akan Ca dan lain-lain
garam alkali dan mendukung komunitas yang sama sekali berbeda misalnya di
sekitar pantai-pantai danau genangan-genangan (”torn”) dan daerah-dearah yang
batuannya kekurangan garam mineral yang bersifat basa dan konsekuensinya airnya
merupakan air yang ”lunak” (tak bersadah). Yang khas adalah bahwa komunitas
terutama tersusun oleh lumut gambut (Sphagnum
spp.) yang menunjang kehidupan sejumlah tumbuhan tinggi yang karakteristik,
seperti misalnya Pinguicula spp.,
embun matahari (Drosera spp.) dan
rumput gelenbung (Utricularia spp.).
Di derah-daerah dengan iklim sejuk dan basah yang penyalirannya tidak baik,
komunitas demikian itu dapat menutupi lintasan yang rata yang cukup luas yang
dikenal sebagai ”rawa selimut” (”blanket bog”). Disebabkan oleh lumut
gambutnya, yang mempunyai kemampuan besar untuk menahan air dalam
bantalan-bantalan yang mirip, lumut gambut itu dapat tumbuh lebih tinggi dan
sangat melebar, meluas di rawa-rawa dan bahkan ”fen” atau perairan terbuka,
mengendapkan gambut dan meninggikan permukaan tempat tumbuhnya. Rawa gambut
(”bog”) yang permukaannya bertambah
tinggi demikian itu,cenderung untuk menjadi sangat masam reaksinya dan warna
perang kemerah-merahan.
Meskipun rawa
gambut biasa dikolonisasi oleh Erica spp.
atau tumbuhan yang berkayu yang lebih besar, lumut gambut tampaknya adalah yang
menjadi pengendali keadaan, lumut gambut itu tetap aktif. Namun demikian,
pengeringan permukaan secara alami, suksesi biasanya langsung ke arah
terbentuknya klimakssetempat yang berupa hutan tepe klimaks lainnya, seperti
misalnya ”gambut tinggi” atau ”gambut padang rumput” biasanya merupakan
komunitas bersifat hidroseral yang terdapat pada timbunan gambut yang
kelilingnya bersifat netral, yang merupakan akibat pengisian danau-danau dan
mendahului tahap timbulnya tumbuhan berkayu. Di sini lapisan-lapisan atas di
atas aras air tanah biasanya reaksi masam, dan mendukung komunitas semk belukar
yang didominasi Erica spp. di
bagian-bagian yang lebih kering, atau komunitas mirip rawa gambut (”bog like”)
yangyang didominasi oleh rumput kapas (Eriophorum
spp.) atau rumput gambut (Molinia
coerulea) di bagian-bagian yang lebih lembab. Di tempat-tempat yang
kondisinya berkembang karena adanya akumulasi bunga tanah demikian itu atas
batuan yang bersifat basa, pembilasan oleh air sumber (mata air)atau penyaliran
permukaan dapat secara kontinu suplai komunitas ”pembilasan mata air” (”spring
flush”). Terutama di daerah-daerah dengan variasi topografi dan geologi yang
nyata, adalah umum untuk ditemukan serentetan lahan-lahan rawa gambut, lahan
semak belukar yang kering, lahan rumput untuk pengembalaan, dan semak-semak
atau komunitas lahan hutan yang terdapat dalam derah yang relatif sempit.
Di samping
komunitas daerah pedalaman yang lebih ekstensif seperti yang telah disebutkan,
komunitas maritim dan tebing-tebing pantai dan tepi-tepi sungai dll. Biarpun
demikian, pantas untuk dicatat adalah
terdapatnya bantalan-bantalan dan tumbuhan pegunungan tinggi (alpin)
sepanjang tepi yang kering atau dasar aliran-aliran air di dataran-dataran
rendah di negara-negara di daerah iklim sedang yang bergunung-gunung di kedua
sisi khatulistiwa. Sangat boleh jadi diaspora tunbuhan itu dihanyutkan dari
daerah pegunungan ke bawah dan pertumbuhannya mendapat keuntungan dari kondisi
terbuka dan tidak adanya persaingan pada umumnya oleh tipe-tipe daratan rendah
yang tumbuh lebih subur, yang dapat mencegah serbuan tumbuhan tadi atau dengan
cepat menggantikannya di kebanyakkan habitat yang lain.
I.
Pengaruh
Fisografi Terhadap Veegetasi Daerah Iklim Sedang.
Banyak
pengaruh fisigrafi, seperti perbedaan dalam keterdadahan dan keadaan air karena
adanya gigir-gigir dan cekungan-cekungan, telah dibahas sebelumnya, dan
vegetasi daerahpegunungan di atas batas pertumbuhan pohon, akan diuraikan dalam
bab berikut. Biarkan demikian, yang menyolok adalah perbedaan yang disebabkan
oleh aspek-aspek di bawah garis pohon, terutama ketingggiannya di atas
permukaaan air laut, yang dapat menyebabkan perbedaan-perbedaan kondisi yang
nyata dan timbulnya vegetasi setempat. Perbedaan sedemikian itu terutama
disebabkan oleh perbedaan dalam iklim setempat. Komunitas yang terlibat
biasanya lintasan (orbit) yang ditelakan di temapt lain dan dengan demikian
tidak perlu dibahas secara terinci, meskipun beberapa contoh mengenai pengaruh
(1) posisi dan (2) ketinggian dalam daerah iklim sedang dan daerah ayng
berdekatan dapat dibrikan dengan keuntungan-keuntungan tertentu.
Pengaruh
aspek yang nyata yang paling luas dan paling umum adalah yang disebabakan oleh
orientasi terhadap sinar matahari. Sebagai contoh, di daerah sekitar Laut
Tengah beberapa pegunungan yang terletak dibagian timur dan barat dapat
mempunyai vegetasi yang hampir berbeda sama sekali pada lernegnya yang
menghadap ke utara dan ke selatan, yang dalam hal yang ekstrem tidak mempunyai
satu jenis pun yang sama yang dari segi ekologi mempunyai kedudukan yang
penting. Demikianlah lereng yang menghadap ke selatan, yang terdadah cenderung
ditempati oleh “maqius” yang sangat xerofil atau “garigue” yang terdriri atas
semak-semak yang jarang-jarang dan terna. Biarpun demikian, bagian setiap
lereng curam yang menghadap ke utara, akan terlindung dari setidak-tidaknya
penyinaran paling kuat dan pada ketinggian yang sama dapat mempunyai hutan yang
meranggas dengan vegetasi tanah yang higrofil. Sebaliknya, di daerah-daerah
bagian utara yang lembab vegetasi yang paling subur mungkin dapat berkembang di
lereng selatan dan barat yang menerima keuntungan paling besar dari matahri.
Kecenderungan itu tentu saja di Belahan Bumi Selatan merupakan krbalikannya.
Biarpun demikian, rentetan pegunungnan yang membujur ke arah utara selatan
sebagi gantinya dapt menunjukan pengaruh posisi (aspek) yaitu perbedaan yang
menyolok dalam curah hujan pada kedua sisinya. Demikian di Selandia Baru, sisi
timur yang terlindung dari Angin Barat yang meniup terus menerus ke sau
arah, di tempat-tempat tertentu
mempunyai curah huajn yang tidak lebih dari sepersepuluh besarnya curah hujan
dari sisi barat yang berhutan, dan hanya mampu mendukung lahan rumput berumpun
yang meliputi daerah-daerah yang cukup luas.
Kecenderungan
umu ke arah keadaan yang lebih sejuk dan lebih lembab bila kita mendaki gunung,
biasanya meyebabakan terjadinya perubahan yang menyolok pada vegetasi yang ada.
Hal ini dapat mengendalikan seluruh rangakaian dari dataran yang kering atau
hutan dataran rendah, seperti yang telah diuraiakan di atas, sepanjang jalur ke
daerah pegunungan yang tinggi dengan salju abadi. Tundra dan komunitas lain
yang terletak di atas (padagarsi lintang di luar) batas pohon itulah yang akan
kita bahas dalam bab-bab berikut. Komunitas yang berkembang diantara keadaan
yang ekstrem dengan bentang umun dataran rendah di daerah iklim sedang biasanya
melibatkan faisiasi atau perluasan salah satu tipe hutan yang telah
dipertelakan. Namun demikian, dalam beberpa hal, seperti yang paling menyolok
adalah daerah gurun pegunungn di bagian-bagian iklim sedang di Asia, di sana
sebagai ganti daerah liar tanpa tumbuhan atau bentangan pasir-pasir yang
bergerak dengan lintas garam yang luasnya berbeda beda, dan kadang kadang
terdapat basis untuk menunjang kehidupan beberapa jenis pohon mernggas misalnya
Populus sp.
Contoh
yang baik mengenai urutan penghutanan yang umum di darah-daerah pegunungan,
tampak diAmerika Utara bagian barat, yang di atas mintakat dasar yang terdiri
ataas vegetasi dataran yang telah mengalami ” peningkatan”, “hutan
pegunungan”meluas dari kaki pembukitan yang kering ke atas gunung samapai
kisaran ketinggian yang kadang-kadang mencapai 2.000 m. Dominan-dominan
utamanay adalah Pinus ponderosa, Abies
concolor, dan Pseudotsuga taxifolia, meskipun banyak jenis-jenis pohon lain juga
terdapat hubungan yang terdekatnya adalah dengan “hutan pantai” pasifik. Meluas
di atasnya, melewati “sabuk” altitudinal yang umumnya terdapat pada ketinggisn
kira-kiara 1.000 m, mulai terdapat “hutan subalpin” yang terutama mempunyai
hubungan dengan hutan Boreal, tetapi juga mempunyai hubungan dengan hutan
panatai dan huatan pegunungan, yang dominan utamanya adalah Picea dan Abies terutama Picea engelmannii dan Abies lasiocarpa denga sering kali
beberapa Pinus concorta var. Latifolia dan jenis-jenis yang
sekerabat. Kendati keanekaan dominan menyebabkan dapatnya dibuat pengelompokan
yang berbeda-beda, di situ terdapat kecenderungan kearah adanya konsosiasi
murni dekat garis batas pohon, pada arus atasnya hutan juga menjadi kuarang
lebatatau tajuknya lebih pendek, samapai akhirnya (“Krummholz”) yang terdiri
atas pohon-pohon kerdil dengan batang-batang yang terpilin atau penjol-penjol
pada garis kira-kira mulai terdapatnya tundra. Namun demikian, vegetasi pegunungan
tidak mempunyai pola seragam, tetapi berbeda-beda dari kisaran yang satu ke
kisaran yang lain, demikianlah, di banyakdaerah yang bergunug-gunung di daerah
beriklim sedang, seperti contoh di Eropa Tengah dan White Montains di New
England, di sana pada mintakat yang lebih rendah dalam hutan pegunungan,
erdapat kecenderungan adanya dominasi oleh pohon-pohon yang meranggas berdaun
lebar, seperti pada jalur basal, dan hanya aras yang lebih tinggi (subalpin)
yang terutama “dikuasai” oleh pohon-pohon jarum (Conifer). Sering kali
hutan-hutan ini diselingi oleh “sabuk” yang lebar yang terdiri atas campuran
hutan meranggas dan hutan yang selalu hijau, dan meskipun terdapat
kecenderungan umum untuk lebih rendah ketinggianya bagi mintakat yang sesuai
dengan semakin mendekati kutub, mungkin terdapat variasi yang luas sesuai
dengan kondisi setempat, bahkan pada garis lintang yang sama tingginya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hutan yang hijau dimusim
panas yang kebanyakan berdaun lebar dan kehilangan daunnya selama musim dingin,
merupakan formasi klimaks utama yang meliputi sebagian besar Eropa, bagian
timur Asia dan Amerika Utara. Keadaan meranggas ini sebagai akibat suatu
kenyataan, bahwa suhu rendah mengganggu penyerapan air oleh akar-akar. Hutan
musim panas ini dapat dibedakan atas lima tipe daerah iklim sedang yaitu :
·
Hutan pohon
pasang
·
Hutan
campuran
·
Hutan ”Faqus”
·
Hutan ”Nothofaqus
Antartica”
·
Tipe lahan hutan
meranggas yang lebih lembab
Hutan ini juga dikenal sebagai hutan ”boreal”
”hutan sub artik” atau ”taiga”. Ciri utama hutan ini adalah daunnya yang kecil
menyerupai jarum atau kadang-kadang menyerupai sisik. . Hutan daun jarum dapat
dibedakan menjadi lima tipe yaitu:
·
Hutan pohon
jarum yang sifatnya campuran.
·
“Taiga”, hutan lebih bersifat terbuka sebab
tanah tertutup oleh salju.
Tipe-tipe padang rumput yang terdapat di
iklim sedang.
·
”prairi” di Amerika
Utara
·
”Stepa” di Rusia
·
”veld” di Afrika
Selatan
·
”pampa” di Amerika
Selatan
Setengah
gurun atau hampir gurun seperti misalnya daerah sebelah barat amerika utara.
Daerah ini di tandai dengan artemisia tridentata dan semak-semak lain yang
rendah dan sering tampak abu-abu dengan cabang-cabangseperti terna, yang
mendominasi suatu klimaks di daerah yang memiliki curah hujan tahunan sebesar
12-25cm (kira-kira 5-10 inci). Semak-semak yang demikian itu sering tergolong
dalam suku yang predominan bersifat sebagi terna yang juga tumbuh di daerah
yang curah hujannya lebih tinggi, bila terbebas persaingan dengna rumput.
Padang semak belukar ini terdiri atas tumbuhan rendah dan sering terputus atau
terdiri dari atas gerumbul-gerumbul yang berjauhan.
Rawa-rawa garam dekat
laut, yang terutama ditentukan oleh adanya pengenangan periodik oleh air asin,
dan kebanyakan terletak antara permukaan yang dicapai olehpasang perbam dan pasang
purnama biasa, komponen-komponen vegetasi yang karakteristik hampir semuanya
bersifat khas untuk habitat itu.
Di samping komunitas
subklimaks, berbagai komunitas lain yang menyimpang atau dalam suksesi yang
”lurus” telah dipertelakan atau secara tidak langsung disebutkan di muka,
sedang banyak lainnya yang terbatas terdapatnya atau kepentingannya (seperti
halnya dengan daerah pantai yang tersemprot garam atau ”serula” yang terdapat
misalnya pada batang-batang pohon yang rebah), sehingga kita hampir tidak dapat
menyebutnya dalam garis besar tipe-tipe vegetasi utama di daerah iklim sedang
dan yang berdekatan ini.
Banyak
pengaruh fisigrafi, seperti perbedaan dalam keterdadahan dan keadaan air karena
adanya gigir-gigir dan cekungan-cekungan, telah dibahas sebelumnya, dan
vegetasi daerahpegunungan di atas batas pertumbuhan pohon. Pengaruh aspek yang
nyata yang paling luas dan paling umum adalah yang disebabakan oleh orientasi
terhadap sinar matahari.
DAFTAR
PUSTAKA
Polunin, N.1990.PENGANTAR GEOGRAFI TUMBUHAN dan BEBERAPA
ILMU SERUMPUN.Jogjakarta:GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar