Selasa, 13 Mei 2014

IMPLEMENTASI IMAN TAQWA DLM KEHIDUPAN SEHARI HARI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
 Iman berasal dari bahasa arab amanu yang artinya percaya atau yakin. Secara harfiah iman bisa diartikan rasa aman dan nyaman sedangkan menurut istilah kata iman dapat diartikan dengan meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah “ Iman ialah bahwa engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir kiamat dan engkau percaya qada’ yang baik dan qada’ yang buruk”. Iman menurut ahlussunnah wal jama’ah adalah dilafadzkan/diikrarkan pada lisan/lidah, ditasdikkan dalam hati dan diamalkan dengan anggota badan. Dengan kata lain iman tersebut mencakup 3 hal yaitu : 1. Ikrar, 2. Tasdiq, 3. Amal. Iman dapat diartikan dengan akidah karena bila kita membahas dan mempelajari akidah maka tidak akan lepas keyakinan tentang tuhan yang pengertian akidah itu sendiri. Perkataan akidah berasal dari bahasa arab yang asal katanya aqodah yang artinya ikatan/jalinan antara 2 orang yang mengadakan perjanjian. Oleh karena itu orang yang paling sukses dan paling mulia disisi Allah adalah yang paling taqwa, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:
                            إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. 49:13)”.

Peran penting dari seorang pemuda adalah pada kemampuannya melakukan suatu perubahan (agent of change). Ya, perubahan sendiri menjadi indikator suatu keberhasilan terhadap sebuah gerakan pemuda. Perubahan adalah sebuah kata yang memiliki kekuatan ajaib yang kuat sehingga cukup menggentarkan orang yang mendengarnya. Salah satu imbas dari kekuatan ajaib dari ‘perubahan’ itu adalah mampu menggerakkan kinerja seseorang menjadi lebih baik, lebih produktif. Suatu keinginan untuk dapat terlepas dari keadaan yang terpuruk dan menyongsong masa depan yang lebih baik dapat melahirkan sebuah jiwa yang optimis. Ya, optimis bahwa ‘perubahan’ akan melahirkan hari esok yang lebih baik.
Selain sebagai agent of change (agen perubah), pemuda juga mempunyai peran sebagai agent of social control (agen kontrol sosial). Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu.
Sejarah telah membuktikan, bahwa diberbagai belahan dunia, perubahan sosial politik menempatkan pemuda di garda depan. Pemuda adalah sumber energi perubahan.
Tetapi pada kenyataannya marak dibicarakan yaitu tentang kenakalan remaja.Yang damaksud kenakalan remaja disini yaitu tindakan keluar batas yang dilakukan para remaja.Seluruh dunia sudah merasakan akibat dari kenakalan remaja salah satunya negara kita ini.
Saat ini kenakalan remaja di Indonesia marak terjadi,misalnya kenakalan remaja dalam pergaulan.Mereka bertindak seolah-olah mereka yang benar,apa yang mereka lakukan serasa benar dimata mereka tetapi tidak dimata orang lain/merugikan orang lain.Biasanya tindakan remaja mengacu pada sebuah kesalahan namun sayangnya sikap remaja yang kurang dewasa sehingga kurang dapat menerima nasehat dengan baik.Banyak remaja yang dinasehati justru mereka merasa diatur atau dibatasi.Padahal kalau mereka bisa menerimanya dengan baik itu justru menguntungkan mereka dan bisa dijadikan bahan pembangun bagi dirinya untuk menjadi remaja yang baik atau bermutu.








1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1.      Apakah Iman dan Taqwa itu?
2.      Apakah remaja itu?
3.      Apa saja masalah yang dihadapi oleh remaja dan bagaimana remaja menyelesaikannya?
4.      Bagaimana peran Iman dan Taqwa bagi remaja dalam memecahkan maslahnya?

1.3  Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka maka tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui apakah iman dan taqwa itu.
2.      untuk mengetahui apakah remaja itu.
3.      Apa saja masalah yang dihadapi oleh remaja dan bagaimana remaja menyelesaikannya.
4.      untuk mengetahui bagaimana peran Iman dan Taqwa bagi remaja dalam memecahkan maslahnya.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Iman Dan Taqwa
Iman artinya percaya dalam hati, mengikrarkan dalam ucapan, dan melakukan dalam perbuatan. Jadi iman kepada Islam maksudnya tidak hanya meyakini dalam hati dan mengatakan bahwa saya adalah orang Islam akan tetapi juga harus memenuhi satu komponen lagi yaitu membuktikan nilai nilai Islam dalam kehidupan sehari hari.
Taqwa / takwa ,yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah:
1.      Melaksanakan segala perintah Allah
2.      Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
3.      Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. "memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk allah" Adapun dari asal bahasa arab quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa Waqa bermakna melindungi sesuatu, memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan. Itulah maka, ketika seekor kuda melakukan langkahnya dengan sangat hati-hati, baik karena tidak adanya tapal kuda, atau karena adanya luka-luka atau adanya rasa sakit atau tanahnya yang sangat kasar, orang-orang Arab biasa mengatakan Waqal Farso Minul Hafa (Taj)..
Abdullah bin Mas’ud berkata “Sesungguhnya ayat terbesar dalam hal pemberian janji jalan keluar adalah “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya.” “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan itu maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri.”


2.2 Remaja
Remaja dalam islam di sebut Baligh merupakan istilah dalam hukum Islam yang menunjukkan seseorang telah mencapai kedewasaan. "Baligh" diambil dari kata bahasa Arab yang secara bahasa memiliki arti "sampai", maksudnya "telah sampainya usia seseorang pada tahap kedewasaan".
Secara hukum Islam, seseorang dapat dikatakan baligh apabila
·    mengetahui, memahami, dan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, serta
·    telah mencapai usia 15 tahun ke atas dan atau sudah mengalami mimpi basah.(bagi laki-laki)
·    telah mencapai usia 9 tahun ke atas dan atau sudah mengalami "menstruasi". (bagi perempuan)

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.[1]
Dilihat dari bahasa inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun.Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.[rujukan?] Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu
·    12 – 15 tahun
·    masa remaja awal, 15 – 18 tahun
·    masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
·    masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis. Menurut Erickson, masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Remaja sebagaimana yang dikatakan Musthafa Fahmi adalah sosok manusia yang belum matang. Hal ini dikarenakan remaja berada pada fase perkembangan antara anak-anak dan dewasa. Karena keberadaannya itulah maka remaja dikatakan sebagai tahapan usia yang belum matang. Remaja juga disebut sebagai usia pencarian identitas atau jati diri. Dalam proses pencarian jati diri (aku), remaja selalu mencoba dan mencoba apa yang cocok pada dirinya. Di samping itu, remaja juga mencari bentuk dirinya kelak di kemudian hari.
Selama proses ini, remaja selalu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan dalam bentuk jasmani ataupun rohani. Keberadaan lingkungan demikian dekatnya dengan remaja sehingga apa yang terdapat dalam lingkungan akan dengan mudah diindera. Akibat dari keadaan ini maka dalam jangka panjang remaja akan terbentuk sesuai dengan lingkungan yang membentuknya.
Dalam kenyataan, lingkungan ada yang baik dan ada yang buruk. Lingkungan yang baik akan membentuk remaja menjadi baik dan lingkungan yang buruk akan membentuk remaja menjadi buruk pula. Peran lingkungan memang demikian besar dalam proses pembentukan remaja, di samping faktor hereditas.
Remaja harus pandai menentukan di mana harus berada, pada siapa harus berteman, bagaimana harus bersikap pada iingkungan yang tidak baik, ia harus menjadi apa dan siapa, bagaimana harus berbuat. Hal ini penting sebab akan memberikan gambaran tentang sosok remaja bersangkutan. Jika gagal dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas maka akan menjadi sosok remaja yang “tidak diinginkan”. Sungguh ironis apabila remaja menjadi manusia yang mengalami keterasingan, baik dari diri sendiri, keluarga, lingkungan dan Tuhannya. Jika hal ini terjadi, maka remaja “bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa”. Remaja bukan lagi menjadi dirinya, bukan bagian dari lingkungannya dan jauh dari Tuhan Keberadaannya tidak lagi diperhitungkan atau wujuduhu ka adamihi (adanya sama saja dengan tidak adanya). Dampak selanjutnya adalah remaja akan berbuat semaunya karena merasa tidak lagi menjadi bagian dari lingkungannya, sekalipun perbuatannya meragukan diri sendiri, keluarga, dan lingkungannya. la menjadi manusia yang tidak memiliki sense of responsibility, cuek dan acuh tak acuh.
Gunarsa merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu sebagai berikut.
1.      Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2.      Ketidakstabilan emosi.
3.      Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4.      Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5.      Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua.
6.      Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7.      Senang bereksperimentasi.
8.      Senang bereksplorasi.
9.      Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10.  Kecenderungan membentuk kelompokdan kecenderungan kegiatan berkelompok.












2.3 Permasalahan Remaja Dan Pemecahannya
Beberapa permasalahan utama yang sering dialami oleh remaja, yaitu sebagai berikut.
1.    Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan atau keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka.
Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine dan Smolak menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, dada,peart, dan paha. Dalam sebuah penelitian survei pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya. Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, dan perilaku makan yang maladaptive. Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesarnya adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan bereksplorasi.

2.  Permasalahan Alkohol dan Obat-obatan Terlarang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa.
Santrock menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengonsumsi narkoba yaitu sebagai berikut.
a.       Karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,maupun untuk kompensasi.
b.      Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
c.       Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dan Iain-Iain.
d.      Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dan Iain-Iain.
e.       Cinta dan hubungan heteroseksual.
f.       Permasalahan seksual.
g.      Hubungan remaja dengan kedua orang tua.

3.    Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama
Lain halnya dengan pendapat Smith dan Anderson, menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol, dan narkoba.
Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan wanita. Perasaan tertarik frii bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering menyebutnya “jatuh cinta”. Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan, dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Bercheid dan Feiditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan dengan teman.
Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa daripada percintaan remaja.
Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya.
Di antara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat memengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah: pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakaian remaja. Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.
Akhir-akhir ini, banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.
Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.
Dari beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan yang menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih memahami karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku mereka kini tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi stressor tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran ekstra untuk benar-benarmempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa dewasanya.










2.4 Peranan Iman Dan Taqwa  Dalam Pemecahan Masalah Remaja
Iman dan taqwa sangat pening dalam menyelesaikan permasalahan remaja karena jika remaja memiliki iman dan taqwa, maka remaja tidak akan gegebah dalam menyeleaikan masalah yang dihadapi, dan dapat menghadapi masalahnya dengan kepala dingin. sedangkan jika tidak memiliki iman dan taqwa maka remaja akan menghindari masalah tersebut dengan cara yang diharamkan oleh agama misalnya, minum minuman keras, memakai narkoba dll.
1.      faktor pendorong remaja menggunakan iman dan taqwa untuk menyelesaikan masalahnya.
faktor yang mendorong ada dari dalam diri remaja itu sendiri, jika sejak kecil remaja sudah di bekali iman dan taqawa maka remaja senantiasa menggunakan iman dan taqwa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi misalnya, jika remaja remaja putus cinta maka remaja itu akan berdo’a kepada allah supaya di berikan penggati yang lebih baik, dan remaja itu selalu berpikir positif
2.      faktor penghambat remaja mengguakan iman dan taqwa dalam menyelesaikan masalah yang di hadapi.
sama halnya dengan faktor pendorong, faktor penghambat juga berasal dari dalm diri remaja itu sendiri, jika sejak kecil remaja tidak di kenalkan iman dan taqwa maka itu akan berakibat buruk bagi remaja itu sendiri. jika menghadapi masalah remaja senantiasa menghindar dengan cara yang di haramkan oleh agama, misalnya, minum minuman keras, memakai narkoba, merampok dll.
  1. Solusi
Dari kedua faktor diatas solusi yang paling tepat orangtua harus mengenalkan iman dan taqwa sedini mungkin kepada anaknya.  Karena jika sejak kecil anak terbiasa dengan iman dan taqwa maka anak tersebut akan tau bedanya mana yang baik dan mana yang buruk. Dan jika anak tersebut menghadapi suatu masalah tidak akan terjerumus pada hal hal yang diharamkan oleh agama.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
·         iman dan taqwa harus diajarkan sedini mungkin.
·         jika mengalami masalah harus dihadapi dengan kepala dingin
·         masalah tidak akan selesai jika tidak di hadapi.
·         jika mempunyai iman dan taqwa maka tidak akan terjerumus dalam hal yang iharakan oleh agama
·         iman dan taqwa sangat penting dalam penyelesaian masalah.

3.2 Saran
  • untuk para orangtua harus mengenalkan iman da taqwa se dini mungkin kepada anaknya.
  • bagi para emaja setiap masalh harus dihadapi dengan kepala dingin
  • remaja harus menghadapi masalah yang dihadapi, walaupun sebesar apapun maalah itu
















DAFTAR RUJUKAN

 http://etik-u-s-fst10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49978-Umum- Siapakah%20Generasi%20Penerus%20Bangsa%20
Indonesia.html, diakses pada tanggal 8 Februari 2013 pukul 20.17 WIB.


http://klikbelajar.com/umum/permasalahan-remaja/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar