BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Iman berasal dari bahasa arab amanu yang artinya percaya atau
yakin. Secara harfiah iman bisa diartikan rasa aman dan nyaman sedangkan
menurut istilah kata iman dapat diartikan dengan meyakini dalam hati, diucapkan
dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah “ Iman ialah bahwa engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir kiamat dan engkau percaya qada’
yang baik dan qada’ yang buruk”. Iman menurut ahlussunnah wal jama’ah adalah
dilafadzkan/diikrarkan pada lisan/lidah, ditasdikkan dalam hati dan diamalkan
dengan anggota badan. Dengan kata lain iman tersebut mencakup 3 hal yaitu : 1.
Ikrar, 2. Tasdiq, 3. Amal. Iman dapat diartikan dengan akidah karena bila kita
membahas dan mempelajari akidah maka tidak akan lepas keyakinan tentang tuhan
yang pengertian akidah itu sendiri. Perkataan akidah berasal dari bahasa arab
yang asal katanya aqodah yang artinya ikatan/jalinan antara 2 orang yang
mengadakan perjanjian. Oleh karena itu orang yang paling sukses dan paling
mulia disisi Allah adalah yang paling taqwa, sebagaimana dijelaskan dalam
firman Allah:
إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
(QS. 49:13)”.
Peran penting dari seorang pemuda adalah
pada kemampuannya melakukan suatu perubahan (agent of change). Ya,
perubahan sendiri menjadi indikator suatu keberhasilan terhadap sebuah gerakan
pemuda. Perubahan adalah sebuah kata yang memiliki kekuatan ajaib yang kuat
sehingga cukup menggentarkan orang yang mendengarnya. Salah satu imbas dari
kekuatan ajaib dari ‘perubahan’ itu adalah mampu menggerakkan kinerja seseorang
menjadi lebih baik, lebih produktif. Suatu keinginan untuk dapat terlepas dari
keadaan yang terpuruk dan menyongsong masa depan yang lebih baik dapat
melahirkan sebuah jiwa yang optimis. Ya, optimis bahwa ‘perubahan’ akan
melahirkan hari esok yang lebih baik.
Selain sebagai agent of change (agen
perubah), pemuda juga mempunyai peran sebagai agent of social
control (agen kontrol sosial). Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia,
pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa
penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang
punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika
itu.
Sejarah telah membuktikan, bahwa diberbagai belahan dunia, perubahan sosial politik menempatkan pemuda di garda depan. Pemuda adalah sumber energi perubahan.
Sejarah telah membuktikan, bahwa diberbagai belahan dunia, perubahan sosial politik menempatkan pemuda di garda depan. Pemuda adalah sumber energi perubahan.
Tetapi pada kenyataannya marak
dibicarakan yaitu tentang kenakalan remaja.Yang damaksud kenakalan remaja
disini yaitu tindakan keluar batas yang dilakukan para remaja.Seluruh dunia
sudah merasakan akibat dari kenakalan remaja salah satunya negara kita ini.
Saat ini kenakalan remaja di Indonesia marak
terjadi,misalnya kenakalan remaja dalam pergaulan.Mereka bertindak seolah-olah
mereka yang benar,apa yang mereka lakukan serasa benar dimata mereka tetapi
tidak dimata orang lain/merugikan orang lain.Biasanya tindakan remaja mengacu
pada sebuah kesalahan namun sayangnya sikap remaja yang kurang dewasa sehingga
kurang dapat menerima nasehat dengan baik.Banyak remaja yang dinasehati justru
mereka merasa diatur atau dibatasi.Padahal kalau mereka bisa menerimanya dengan
baik itu justru menguntungkan mereka dan bisa dijadikan bahan pembangun bagi
dirinya untuk menjadi remaja yang baik atau bermutu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai
berikut:
1.
Apakah Iman dan Taqwa itu?
2.
Apakah remaja itu?
3.
Apa saja masalah yang dihadapi oleh
remaja dan bagaimana remaja menyelesaikannya?
4.
Bagaimana peran Iman dan Taqwa bagi
remaja dalam memecahkan maslahnya?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
uraian rumusan masalah di atas, maka maka tujuan penulisan makalah ini
sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui apakah iman dan
taqwa itu.
2.
untuk mengetahui apakah remaja itu.
3.
Apa saja masalah yang dihadapi oleh
remaja dan bagaimana remaja menyelesaikannya.
4.
untuk mengetahui bagaimana peran
Iman dan Taqwa bagi remaja dalam memecahkan maslahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Iman Dan Taqwa
Iman artinya percaya dalam hati, mengikrarkan dalam
ucapan, dan melakukan dalam perbuatan. Jadi iman kepada Islam maksudnya tidak
hanya meyakini dalam hati dan mengatakan bahwa saya adalah orang Islam akan
tetapi juga harus memenuhi satu komponen lagi yaitu membuktikan nilai nilai Islam
dalam kehidupan sehari hari.
Taqwa
/ takwa ,yaitu memelihara diri dari
siksaan Allah
dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak
cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah:
1.
Melaksanakan segala perintah Allah
2.
Menjauhkan diri dari segala yang
dilarang Allah (haram)
3.
Ridho (menerima dan ikhlas) dengan
hukum-hukum dan ketentuan Allah
Taqwa berasal dari kata
waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. "memelihara diri dalam
menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk allah" Adapun dari asal bahasa
arab quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa Waqa bermakna melindungi
sesuatu, memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan
merugikan. Itulah maka, ketika seekor kuda melakukan langkahnya dengan sangat
hati-hati, baik karena tidak adanya tapal kuda, atau karena adanya luka-luka
atau adanya rasa sakit atau tanahnya yang sangat kasar, orang-orang Arab biasa
mengatakan Waqal Farso Minul Hafa (Taj)..
Abdullah bin Mas’ud berkata “Sesungguhnya ayat terbesar
dalam hal pemberian janji jalan keluar adalah “Barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya.” “Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan itu maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri.”
2.2 Remaja
Remaja dalam islam di sebut
Baligh merupakan istilah dalam hukum Islam
yang menunjukkan seseorang telah mencapai kedewasaan. "Baligh"
diambil dari kata bahasa Arab yang secara bahasa memiliki arti
"sampai", maksudnya "telah sampainya usia seseorang pada tahap
kedewasaan".
Secara hukum Islam, seseorang dapat dikatakan baligh
apabila
·
mengetahui, memahami, dan mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, serta
·
telah mencapai usia 15 tahun ke atas
dan atau sudah mengalami mimpi basah.(bagi laki-laki)
·
telah mencapai usia 9 tahun ke atas
dan atau sudah mengalami "menstruasi". (bagi perempuan)
Menurut psikologi,
remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal
dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada
usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang
cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk
tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini,
pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis,
abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar
keluarga.[1]
Dilihat dari bahasa inggris "teenager",
remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun.Dimana usia tersebut
merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua
dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting
dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.[rujukan?] Remaja
juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992).
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak
dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga
berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon
(dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi
atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa
remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.Masa remaja
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja
adalah: Masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini
anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah
anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan
pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock
(2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh
para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas
tiga, yaitu
·
12 – 15 tahun
·
masa remaja awal, 15 – 18 tahun
·
masa remaja pertengahan, dan 18 – 21
tahun
·
masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa
remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja
awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja
akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang dipaparkan oleh Sri
Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan
bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa
dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi
proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Menurut Erickson, masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau
pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang
menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity
diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved
(Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988).
Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini
juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Remaja sebagaimana yang dikatakan
Musthafa Fahmi adalah sosok manusia yang belum matang. Hal ini dikarenakan
remaja berada pada fase perkembangan antara anak-anak dan dewasa. Karena
keberadaannya itulah maka remaja dikatakan sebagai tahapan usia yang belum
matang. Remaja juga disebut sebagai usia pencarian identitas atau jati diri.
Dalam proses pencarian jati diri (aku), remaja selalu mencoba dan mencoba apa
yang cocok pada dirinya. Di samping itu, remaja juga mencari bentuk dirinya
kelak di kemudian hari.
Selama proses ini, remaja selalu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan dalam bentuk jasmani ataupun rohani. Keberadaan lingkungan demikian dekatnya dengan remaja sehingga apa yang terdapat dalam lingkungan akan dengan mudah diindera. Akibat dari keadaan ini maka dalam jangka panjang remaja akan terbentuk sesuai dengan lingkungan yang membentuknya.
Selama proses ini, remaja selalu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan dalam bentuk jasmani ataupun rohani. Keberadaan lingkungan demikian dekatnya dengan remaja sehingga apa yang terdapat dalam lingkungan akan dengan mudah diindera. Akibat dari keadaan ini maka dalam jangka panjang remaja akan terbentuk sesuai dengan lingkungan yang membentuknya.
Dalam kenyataan, lingkungan ada yang
baik dan ada yang buruk. Lingkungan yang baik akan membentuk remaja menjadi
baik dan lingkungan yang buruk akan membentuk remaja menjadi buruk pula. Peran
lingkungan memang demikian besar dalam proses pembentukan remaja, di samping faktor
hereditas.
Remaja harus pandai menentukan di mana
harus berada, pada siapa harus berteman, bagaimana harus bersikap pada
iingkungan yang tidak baik, ia harus menjadi apa dan siapa, bagaimana harus
berbuat. Hal ini penting sebab akan memberikan gambaran tentang sosok remaja
bersangkutan. Jika gagal dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas maka akan
menjadi sosok remaja yang “tidak diinginkan”. Sungguh ironis apabila remaja
menjadi manusia yang mengalami keterasingan, baik dari diri sendiri, keluarga, lingkungan
dan Tuhannya. Jika hal ini terjadi, maka remaja “bukan apa-apa dan bukan
siapa-siapa”. Remaja bukan lagi menjadi dirinya, bukan bagian dari
lingkungannya dan jauh dari Tuhan Keberadaannya tidak lagi diperhitungkan atau
wujuduhu ka adamihi (adanya sama saja dengan tidak adanya). Dampak selanjutnya
adalah remaja akan berbuat semaunya karena merasa tidak lagi menjadi bagian
dari lingkungannya, sekalipun perbuatannya meragukan diri sendiri, keluarga,
dan lingkungannya. la menjadi manusia yang tidak memiliki sense of
responsibility, cuek dan acuh tak acuh.
Gunarsa merangkum beberapa karakteristik
remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu
sebagai berikut.
1.
Kecanggungan dalam pergaulan dan
kekakuan dalam gerakan.
2.
Ketidakstabilan emosi.
3.
Adanya perasaan kosong akibat perombakan
pandangan dan petunjuk hidup.
4.
Adanya sikap menentang dan menantang
orang tua.
5.
Pertentangan di dalam dirinya sering
menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua.
6.
Kegelisahan karena banyak hal diinginkan
tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7.
Senang bereksperimentasi.
8.
Senang bereksplorasi.
9.
Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan
bualan.
10. Kecenderungan
membentuk kelompokdan kecenderungan kegiatan berkelompok.
2.3 Permasalahan Remaja Dan
Pemecahannya
Beberapa permasalahan utama yang sering dialami oleh
remaja, yaitu sebagai berikut.
1. Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan
akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka
mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja
tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan
ketidakpuasan atau keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki
yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga
sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola
mereka.
Permasalahan
fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine dan Smolak
menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau
lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, dada,peart, dan
paha. Dalam sebuah penelitian survei pun ditemukan hampir 80% remaja ini
mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya. Ketidakpuasan akan diri ini
sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang
penampilan, depresi, rendahnya harga diri, dan perilaku makan yang maladaptive.
Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal
munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.
Dalam
masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang
banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan
obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja
penyebab terbesarnya adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi
dan bereksplorasi.
2. Permasalahan Alkohol dan
Obat-obatan Terlarang
Penggunaan
alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan.
Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus
penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja
menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda
dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa.
Santrock
menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengonsumsi narkoba yaitu sebagai
berikut.
a.
Karena ingin tahu, untuk
meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,maupun
untuk kompensasi.
b.
Pengaruh sosial dan
interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol
dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian
dan perpisahan orang tua.
c.
Pengaruh budaya dan tata krama:
memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas
standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis,
dan Iain-Iain.
d.
Pengaruh interpersonal:
termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus
kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dan
Iain-Iain.
e.
Cinta dan hubungan
heteroseksual.
f.
Permasalahan seksual.
g.
Hubungan remaja dengan kedua
orang tua.
3. Permasalahan Moral, Nilai, dan
Agama
Lain
halnya dengan pendapat Smith dan Anderson, menurutnya kebanyakan remaja
melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan
yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah
penggunaan rokok, alkohol, dan narkoba.
Salah
satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar
hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan
wanita. Perasaan tertarik frii bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi
yaitu cinta romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau
orang yang sering menyebutnya “jatuh cinta”. Santrock (2003) mengatakan bahwa
cinta romatis menandai kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan hal
yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang
saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan, dan
rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang
dilakukan oleh Bercheid dan Feiditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah
satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan
dengan teman.
Tipe
cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering
disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki
individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk
orang tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang
dewasa daripada percintaan remaja.
Dengan
telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan
munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja
berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana
yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya
“ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya,
pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya.
Di
antara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat memengaruhi
hubungan orang tua dengan remaja adalah: pubertas, penalaran logis yang
berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai,
perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju
kebebasan.
Beberapa
konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar
masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian,
merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema
utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakaian
remaja. Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan
mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak
memahami kepentingan remaja.
Akhir-akhir
ini, banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak
mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga
sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung
terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam
keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung
ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan
nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang
berbeda.
Pengawasan
terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja
karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani
sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja
bisa mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru
dan segera menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.
Dari
beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan yang
menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih memahami
karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku mereka
kini tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi
stressor tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran
ekstra untuk benar-benarmempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa
dewasanya.
2.4 Peranan Iman Dan
Taqwa Dalam Pemecahan Masalah Remaja
Iman dan taqwa sangat pening dalam menyelesaikan
permasalahan remaja karena jika remaja memiliki iman dan taqwa, maka remaja
tidak akan gegebah dalam menyeleaikan masalah yang dihadapi, dan dapat
menghadapi masalahnya dengan kepala dingin. sedangkan jika tidak memiliki iman
dan taqwa maka remaja akan menghindari masalah tersebut dengan cara yang
diharamkan oleh agama misalnya, minum minuman keras, memakai narkoba dll.
1.
faktor pendorong remaja menggunakan iman dan taqwa untuk
menyelesaikan masalahnya.
faktor yang mendorong
ada dari dalam diri remaja itu sendiri, jika sejak kecil remaja sudah di bekali
iman dan taqawa maka remaja senantiasa menggunakan iman dan taqwa dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi misalnya, jika remaja remaja putus cinta
maka remaja itu akan berdo’a kepada allah supaya di berikan penggati yang lebih
baik, dan remaja itu selalu berpikir positif
2.
faktor penghambat remaja mengguakan iman dan taqwa dalam
menyelesaikan masalah yang di hadapi.
sama halnya dengan
faktor pendorong, faktor penghambat juga berasal dari dalm diri remaja itu
sendiri, jika sejak kecil remaja tidak di kenalkan iman dan taqwa maka itu akan
berakibat buruk bagi remaja itu sendiri. jika menghadapi masalah remaja
senantiasa menghindar dengan cara yang di haramkan oleh agama, misalnya, minum
minuman keras, memakai narkoba, merampok dll.
- Solusi
Dari kedua
faktor diatas solusi yang paling tepat orangtua harus mengenalkan iman dan
taqwa sedini mungkin kepada anaknya.
Karena jika sejak kecil anak terbiasa dengan iman dan taqwa maka anak
tersebut akan tau bedanya mana yang baik dan mana yang buruk. Dan jika anak
tersebut menghadapi suatu masalah tidak akan terjerumus pada hal hal yang
diharamkan oleh agama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
iman dan taqwa harus diajarkan
sedini mungkin.
·
jika mengalami masalah harus
dihadapi dengan kepala dingin
·
masalah tidak akan selesai jika
tidak di hadapi.
·
jika mempunyai iman dan taqwa maka
tidak akan terjerumus dalam hal yang iharakan oleh agama
·
iman dan taqwa sangat penting dalam
penyelesaian masalah.
3.2 Saran
- untuk para orangtua harus
mengenalkan iman da taqwa se dini mungkin kepada anaknya.
- bagi para emaja setiap masalh
harus dihadapi dengan kepala dingin
- remaja harus menghadapi masalah
yang dihadapi, walaupun sebesar apapun maalah itu
DAFTAR
RUJUKAN
http://etik-u-s-fst10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49978-Umum-
Siapakah%20Generasi%20Penerus%20Bangsa%20
Indonesia.html, diakses pada tanggal 8 Februari 2013 pukul 20.17
WIB.
http://klikbelajar.com/umum/permasalahan-remaja/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar